UDANG VANAME NUSANTARA 1, MENDUKUNG PROGRAM REVITALISASI TAMBAK



Target peningkatan produksi perikanan budidaya, khususnya komoditas udang pada tahun 2013 mencapai 608 ribu ton dan 699 ribu ton pada tahun 2014. Untuk mencapai target tersebut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) telah melakukan berbagai upaya salah satunya dengan melakukan program revitalisasi tambak melalui kegiatan tambak percontohan (Demfarm : Demonstration farm). Hal lain yang disiapkan adalah ketersediaan benih udang bermutu untuk menjamin keberhasilan usaha budidaya udang. “Udang Vaname Nusantara I merupakan salah satu solusi untuk menjamin ketersediaan benih udang bermutu untuk mendukung keberhasilan program revitalisasi tambak. Udang Vaname Nusantara I ini merupakan produk asli dalam negeri yang siap menjadi tuan rumah di negeri sendiri karena mampu bersaing dengan produk impor”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pada saat melakukan panen udang vaname nusantara I (VN -1) di Balai Layanan Usaha Perikanan Budidaya  (BLUPB) di Karawang.
Udang VN-1 merupakan komoditas unggul yang di rilis berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.78/MEN/2009. Udang VN-1 ini memiliki keunggulan pertumbuhan lebih cepat, ukuran seragam dan bebas dari virus TSV (Taura Syndrome Virus), WSSV (White Spot Syndrome Virus), IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus) dan IMNV (Infectious Mio Necrosis Virus). “Pada saat awal di rilis, banyak pembudidaya yang masih mempertanyakan kualitas dari Udang VN-1. Memang sebagai produk udang nasional pertama, udang VN-1 banyak mengalami kegagalan, tetapi kegagalan ini menjadi masukan bagi pengembangan udang VN-1 sehingga dapat meningkat kualitasnya. Sebagai salah satu produk dalam negeri, kita harus tetap mencintai, menggunakan dan mengembangkan udang VN-1 ini”, ungkap Slamet.
Udang VN-1 saat ini telah berhasil dikembangkan melalui uji coba budidaya skala intensif dan cukup berhasil. Dengan padat tebar 100 ekor/m2, SR 85 % dan dibudidayakan selama 100 hari, saat ini BLUPB Karawang mampu menghasilkan 20 ton udang /ha dengan ukuran panen 48 ekor/kg. “Ini membuktikan bahwa udang VN-1 yang sebelumnya hanya dibudidayakan secara tradisional atau semi intensif, ternyata mampu dibudidayakan secara intensif dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi”, tambah Slamet.
Udang VN-1 menyongsong AFTA 2015
ASEAN Free Trade Zone (AFTA) yang akan diterapkan pada tahun 2015, mendorong peningkatan kualitas produk dalam negeri. Salah satunya adalah Udang VN-1. Sebagai salah satu komoditas unggulan, udang VN-1 telah mampu bangkit kembali dan membuktikan sebagai produk yang layak untuk digunakan oleh pembudidaya udang. “Dalam rangka menyongsong AFTA 2015, udang VN-1 akan menjadikan Indonesia tidak tergantung lagi dari benih atau induk udang impor, bahkan kita harus mampu mengekspor udang VN-1 ke negara ASEAN lainnya. Saat ini Indonesia merupakan salah satu Negara produsen udang yang bebas dari Early Mortality Syndrome (EMS), yang menyebabkan kegagalan dini budidaya udang. Ini merupakan peluang kita untuk terus menggunakan produk dalam negeri, tidak tergantung produk luar negeri, karena udang kita lebih sehat dan lebih aman dibandingkan udang dari Negara lain” pungkas Slamet.

[Sumber : DJPB (rmr)]

0 komentar: